Night Diamond - Unavailable

Rabu, 14 April 2021

LAPORAN PRAKTIKUM KIMDAS II SENYAWA HALOGEN ORGANIK

 Laporan Praktikum

Kimia Dasar II

 

SENYAWA HALOGEN ORGANIK

NUR ULFIKA

H041201054

 

 

 

 

 



 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2021

BAB I

PENDAHULUAN

1.1          Latar Belakang

Kelarutan juga didefinisikan dalam besaran kuantitatif sebagai konsentrasi zat terlarut dalam larutan jenuh pada temperatur tertentu. Kelarutan suatu senyawa, tergantung pada sifat fisika kimia zat pelarut dan zat terlarut, temperatur, pH larutan, tekanan untuk jumlah lebih kecil tergantung pada hal terbaginya zat terlarut. Bila suatu pelarut sampai batas daya melarutkannya, larutan ini disebut larutan jenuh (Heaton,2006:180).

Daya kelarutan suatu zat berkhasiat memegang peranan penting dalam formulasi suatu sediaan farmasi. Lebih dari 50% senyawa kimia baru yang ditemukan saat ini bersifat hidrofobik. Kegunaan secara klinik dan obat-obatan hidrofobik menjadi tidak efisien dengan rendahnya daya kelarutan, dimana akan mengakibatkan kecilnya penetrasi obat tersebut. Kelarutam suatu zat berkhasiat yang kurang dari 1mg/mL mempunyai tingkat disolusi yang kecil karena kelarutan suatu obat dengan tingkat disolusi obat tersebut sangat berkaitan(Jufri,2004).

Adapun semua unsur yang berada dalam tabel berkala dapat membentuk halida, kecuali padaunsur He, Ne, dan Ar. Halida ionik atau kovalen adalah senyawa umum yangpenting karena paling mudah dibuat dan digunakan secara meluas bagi sintesis senyawaan lain. Halida seringkali dikenal sebagai senyawaan yang paling baikdan paling mungkin berada dalam tingkat oksidasi. Untuk mengetahui lebih rinci mengenai senyawa halogen organik, maka dilakukanlah praktikum ini.

1.2          Rumusan Masalah

1.      Bagaimana raktifitas senyawa-senyawa halogen organik?

2.      Apakah fungsi senyawa halogen organik dalam hal sebagai pelarut?

1.3          Maksud dan Tujuan Percobaan

1.3.1     Maksud Percobaan

Maksud dari percobaan ini ialah untuk mengetahui reaktifitas beberapa senyawa halogen organikdan fungsinya sebagai pelarut.

1.3.2     Tujuan Percobaan

Adapun tujuan percobaan ini adalah :

1.     Untuk mengetahui reaktifitas beberapa senyawa halogen organik melalui reaksi dengan CCl4.

2.     Untuk mengetahui reaktifitas beberapa senyawa halogen organik melalui reaksi dengan CHCl3.

3.     Untuk mengetahui reaktifitas beberapa senyawa halogen organik melalui reaksi dengan AgNO3/alkohol.

4.      Untuk mengetahui reaktifitas beberapa senyawa halogen organik melalui reaksi dengan NaI/aseton.

1.3.3     Prinsip Percobaan

Mengidentifikasi beberapa senyawa halogen organik dalam suatu sampel dengan menggunakan ujiCCl4, uji CHCl3, uji AgNO3/alkohol dan uji NaI/aseton.


1.3.4       

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Dialam, terdapat banyak unsur ataupun senyawa kimia yang mempunyai fungsi tersendiri, diantaranya adalah senyawa halogen organik(Adriani dkk, 2017).Menurut Brzellius kata “halogen” berasal dari dua kata Yunani yang berarti “garam laut” dan “menghasilkan”, jadi halogen berarti : penghasil garam laut(Hadisuwoyo dkk, 1993). Turunan hidrokarbon dengan sebuah atom karbon ujung yang mempunyai ikatan rangkap ke oksigen dan sebuah gugus hidroksil disebut asam karboksilat yang diturunkan dari hidrokarbon alkana yang mempunyai rumus molekul umum RCO2H yang menyatakan bahwa terdapat gugus karboksil (Braddy, 1994).

Senyawa halogen organik merupakan senyawa yang terdiri dari ikatan karbon dan hidrogen yang mengandung unsur flourin (F), klorin (Cl), Bromin (Br), Iodin (I), dan Astatin (As), yang biasanya ditemukan dari hasil sumber daya laut seperti ganggang (rumput laut). Senyawa ini sangatberguna dalam kehidupan sehari-hari karena ia dapat berfungsi sebagai pelarut dalam pencucian tanpa air, pestisida, zat pendingin dan penghilang lemak(Adriani dkk, 2017).

Pada pembuatan senyawa halogen umumnya dilakukan dengan mengoksidasi ion halide dalam senyawa garam atau asam dengan menggunakan suatu oksidator kuat seperti KMnO4, batu kawi, K2Cr2O7, dan sebagainya. Cara ini tidak berlaku bagi pembuatan F2 dan Astatin, cukup banyak senyawa halogen yang bermanfaat bagi manusia dan umumnya dapat dibuat dengan reaksi kimia biasa ataupun reaksi redoks (Aini, 2018). Perlu di ingat pula bahwa halogen lebih elektronegatif dari pada karbon hal ini disebabkan oleh kerapatan electron yang dimiliki halogen lebih efektif daripada kaarbon (Firdaus, 2011).

Sifat dari senyawa organik  diantaranya adalah sifat fisik : non polar, tarik-menarik antar molekul lemah, tidak larut dalam air, larut dalam senyawa organik (non polar) dan sedikit polar. Pada suhu kamar dan tekanan 1 atm : C1 – C4 = gas (tidak berbau) ,C5 – C17 = cair (berbau bensin),C18 – dst = padat (tidak berbau), Titik didih senyawa rantai lurus > titik didih senyawa rantai bercabang. Sifat kimia : kurang reaktif dibanding senyawa organik yang memiliki gugus fungsi. Tidak bereaksi dengan asam (stabil), dapat bereaksi dengan halogen Contoh : CH4: metana CH3: metil dan C2H6: etana C2H5: etil (Anonim, 2013).

Secara umum senyawa organik yang mempunyai gugus fungsi yang sama akan mempunyai sifat yang sama (Anonim, 2013). Gugus fungsi adalah kedudukan kereaktifan kimia dalam molekul satu kelompok senyawa dengan gugus fungsi tertentu menunjukan gejala reaksi yang sama. Sesuai kesamaan gejala reaksi tersebut, maka dapat di kelompokan pada pengelompokan senyawa. Beberapa Contoh gugus fungsi adalah alcohol (hidroksil), Eter (alkoksi alkana), Aldehid (alkanal), keton (karbonil), asam karboksilat (karboksil), ester (alkil alkanoat), amina (amin) (Fessenden, 1986).

Penggolongan alkohol menurut letak gugus hidroksil (-OH) adalah alkohol primer gugus –OH terletak pada atom C primer (atom C yang mengikat hanya 1 atom C lainnya),  alkohol sekunder gugus –OH terletak pada atom C sekunder dan alkohol tersier gugus –OH terletak pada atom C tersier. Pengidentifikasian pada senyawa alkohol primer adalah menghasilkan aldehida yang dapat dioksidasi lebih lanjut menjadi asam karboksilat. Pengidentifikasian pada senyawa alkohol lain atau polialkohol dapat diidentifikasi dengan pembentukan senyawa kompleks atau dengan pembentukan lain (Hart, 2003).

Biasanya untuk kebanyakan unsur halogen digunakan HF, HCl dan HBr bisa juga digunakan untuk logam-logam (Cotton dkk, 1998)Fluorinasi langsung biasanya menghasilkan fluoride dalam keadaan oksidasi lebih tinggi. Kebanyakan logam dan non-logam seperti P4, reaksinya bisa meledak. Bagi pembentukan cepat dalam reaksi kering dari klorida, bromide dan iodide biasanya diperlukan suhu yang tinggi. Bagi logam, reaksi dengan Cl2dan Br2bisa lebih cepat bila sebagaai medium reaksi digunakan tetrahidrofuran atau beberapa eter lainnya ; halide kemudian diperoleh sebagai zat tersolvasi (Cotton dkk, 1998).

Pelarut logam, oksida atau karbonat dalam larutan asam halogen yang diikuti oleh penguapan atau pengkristalan memberikan halide terhidrat. Kadang-kadang zat ini dapat didehidrasi dengan pamanasan dalam vakum, namun ini sering menjurus kepada hasil tidak murni atau oksohalidaBanyak halida bereaksi baik dengan halogen unsur, asamnya, atau halida yang larut, atau halida lain yang berlebih sedemikian hingga satu halogen ditukar oleh yang lain. Klorida sering dapat diubah menjadi bromide dan apalagi menjadi iodide oleh KBr atau KI dalam aseton, di mana KCl kurang larut (Cotton dkk, 1998).

Kebanyakan unsur elektronegatif dan logam dalam tingkat oksida tinggi membentuk halida molekular. Zat ini adalah gas, cairan atau padatan mudah menguap dengan molekul-molekul yang hanya saling diikat oleh gaya vander waalsyang diperkirakan efek dari adanyakorelasi kasar yang ada di antarakeadaan menaiknya derajat kovalen logam ke halogen dan keadaan menaiknya kecenderungan pembentukan senyawaan molekular(Cotton dkk, 1998).

BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Bahan Percobaan

Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah NaI/aseton, AgNO3/alkohol, bensil klorida, kloroform, minyak, mentega, kloro benzene, aqua-

des, dankarbon tetraklorida (CCl4).

3.2 Alat Percobaan

Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini adalah tabung reaksi, rak

tabung dan pipet tetes.

3.3 Prosedur Percobaan 

3.3.1Reaksi dengan CCl4dan CHCl

Disiapkan tiga buah tabung reaksi dan masing-masing tabung reaksi diisi dengan 0,5 mL CCl4. Kemudian ditambahkan air pada tabung (1), minyak pada tabung (2) dan mentega yang sudah dicairkan pada tabung (3). Kemudian dikocok dan diperhatikan kelarutannya serta catat perubahan yang terjadi. Kemudian dikerjakan sesuai dengan prosedur 1-3, dengan menggunakan CHCl3.

3.3.2 Reaksi dengan AgNO3/alkohol dan NaI/aseton

            Disiapkan empat buah tabung reaksi dan masing-masing diisi dengan 1 ml AgNO3/alkohol yang berkadar 2%. Kemudian ditambahkan 1-2 tetes kloro bennzen pada tabung (1), kloroform pada tabung (2), benzil klorida pada tabung (3) dan diklorometan pada tabung (4). Kemudian dikocok agak kuat dan diamati serta dicatat perubahan yang terjadi. Kemudian dikerjakan sesuai dengan prosedur 1-3, dengan menggunakan NaI/aseton.

 

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

 

4.1 Hasil Pengamatan

4.1.1 Tabel Pengamatan

A. Reaksi dengan CCl4dan CHCl3

Bahan

Kelarutan dalam

Keterangan

CCl4

CHCl3

Air

2 fase

2 fase

Polar

Minyak

1 fase

1 fase

Nonpolar

Mentega

1 fase

1 fase

Nonpolar

 

B. Reaksi dengan AgNO3/alkohol dan NaI/aseton

Bahan

Perubahan yang terjadi

Keterangan

AgNO3/Alkohol

NaI/Aseton

Benzil klorida

Keruh, terbentuk endapan

Keruh, terbentuk endapan

Bereaksi

kloro benzen

Bening

Bening

Tidak bereaksi

kloroform

Bening

Bening

Tidak bereaksi

diklorometan

Bening

Bening

Tidak bereaksi

 

4.2  Pembahasan

 

Pada percobaan senyawa halogen organik ini, dilakukan dua tahapan kerja. Pertama, dilakukan percobaan untuk mengetahui kelarutan suatu senyawa organik. Pada percobaan I, direaksikan CCl4dan CHCl3dengan air, minyak dan mentega. Dari hasil percobaan yang dilakukan, terlihat bahwa CCl4dan CHCl3tidak larut dalam air. Hal ini disebabkan karena air bersifat polar, sedangkan minyak dan mentega cair bersifat semipolar, sehingga CCl4dan CHCl3tidak larut dalam air melainkan kedua senyawa tersebut tenggelam di dasar wadah, terbentuk 2 fasa dimana air di atas dan CCl4dan CHCl3berada di bawah. CCl4dan CHCl3memiliki berat molekul yang lebih besar daripada air (1 g/cm3) sehingga menyebabkan CHCl3(1,6 g/cm3) dan CCl4( > 1 g/cm3) tenggelam atau berada di dasar tabung reaksi.

Sedangkan, ketika CHCl3  dan CCl4  yang masing-masing direaksikan dengan minyak dan lemak terlihat bahwa kedua senyawa tersebut larut dalam minyak dan lemak yang disebabkan karena antara CHCl3  dan CCl4  dengan minyak dan lemak dapat membentuk ikatan yang disebabkan karena CHCl3 dan CCl4 bersifat nonpolar, begitupun pada minyak dan mentega bersifat nonpolar.

Percobaan2dilakukanuntukmengetahuikereaktifansenyawahalogen organik digunakan AgNO3 /alkoholdanNaI/aseton, di  mana pada reaksi AgNO3 /alkoholdengan  benzilklorida, kloroform,  kloro  benzene, dan  diklorometan. Hanya benzil klorida yang bereaksi membentuk endapan dan warnanyasangatkeruh,sedangkantigasenyawalainnyatidakbereaksidantidak membentuk endapan. Senyawa yang dikatakan bereaksi apabila termasuk dalam salahsatucirilarutanyangdiantaranyaadalahterjadiperubahanwarna,terbentukendapan, berwarna keruh, dan ada aromanya bila dicium. Urutan senyawa yang cepat bereaksi yaitu benzil klorida > diklorometan > klroform > kloro benzen. Alkilhalida lebih  cepat  bereaksi sebab  mempunyai  kereaktifan dan keelektronegatifan yang rendah sehingga lebih mudah terlepas dan digantikan olehguguslain.Berdasarkantingkatkereaktifandankeelektronegatifansenyawa non logam yang seharusnya terlebih dahulu bereaksi adalah kloroformbukan benzil klorida yang berdasarkan teori disebabkan oleh kloro benzen yang merupakankategoriasilhalidayanglebihreaktifdanlebihstabil.

Reaksi antara NaI/aseton dengan benzil klorida, kloro benzena, dan kloroform tidak terjadi reaksi sebab I tidak dapat mendesak Cl karena Clmempunyaikereaktifan  dan  keelektronegatifan  lebih besar  dibanding  I. Diklorometan tidak mengalami reaksi dan tetap berwarna bening.

 

 

 


 

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1.  Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa senyawa halogen organik (CCl4 dan CHCl3) tidak dapat larut dalam air, namun larut dalam senyawa organik seperti minyak dan mentega sehingga senyawa halogen organik (CCl4 dan CHCl3) termasuk senyawa nonpolar.

2.  Senyawa halogen organik, seperti klorobenzena dan kloroform tidakbereaksidalamAgNO3 maupunNaI,sedangkanbenzilkloridadapatbereaksidengan AgNO3  dan NaI membentuk endapan putih dan keruh, begitupun pada diklorometanatidak dapatbereaksidenganNaIsehingga tetap beningbegitupula apabila  direaksikan dengan AgNO3.

5.2 Saran

Untuk asisten telah cukup baik dalam memberikan pemahaman dan pengarahan kepada praktikan sehingga praktikum dapat berjalan dengan lancardan baik.

Untuk laboratorium agar lebih memperhatikan alat-alat laboratoriumyang mulai rusak dan cepat menggantinya dengan yang baru agar praktikum berjalan dengan lancar.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Adriani N., dkk. 2017. Mekanisme Reaksi Substitusi Nukleofilik Sn1 Dan Sn2 Dengan Senyawa Halogen Organik. Riau : Universitas Maritim Raja Ali Haji

 

Aini N. 2014. Petunjuk Praktikum Kimia Anorganik II. Malang : UIN Maulana Malik.

 

Brady, James. 1994. Kimia Universitas-Asas Dan Struktur Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

 

Cotton, dkk. 1998. Kimia Anorganik Dasar.Jakarta : Erlangga.

 

Fessenden, 1986 : Fessenden, Ralph J. 1986. Organic ChemistryEdisi Kedua. Usa:Willard Grant Press Publisher.

 

Firdaus, 2011. Alkil Halida. Makassar : Universitas Hasanuddin.

 

Hadisuwoyodkk.1993. Kimia DasarII. Makassar: Universitas Hasanuddin.

 

Hart, 2003 : Hart, Harold. 2003. Organik Chemistry – A Short Course. Jakarta: Erlangga

 

Heaton, 2006. The Jornal Of Physical Chemistry B. Juornal Of The America Chemichal Society. 110(23): 11025-11606.

 

Jufri M., dkk. 2004. Formulasi Gameksan Dalam Bentuk MikroemulsiMajalah Ilmu Kefarmasian.1(3):160-174.






 

Kamis, 08 April 2021

Oseanologi GAS-GAS TERLARUT DALAM AIR LAUT

 GAS-GAS TERLARUT DALAM AIR LAUT

Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Oseanologi Pendahuluan Dosen Pengampu Ibu St. Fauziah, S.Si, M.Si



Disusun Oleh : 

NUR ULFIKA 

H041201054 

BIOLOGI B

DEPARTEMENT BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM 
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2021

KATA PENGANTAR

    Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas qudrat dan izin- Nya lah sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini pada waktu yang telah ditentukan. Shalawat dan taslim tak lupa saya haturkan kepada Rasulullah SAW, sebagai satu-satunya contoh terbaik dalam kehidupan.

    Dalam kesempatan ini, saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang secara langsung dan tidak langsung yang telah membantu menyelesaikan makalah ini. Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda atas segala bantuan yang telah diberikan. Penulis menyadari tentunya dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan. Makalah ini diharapkan dapat membantu mahasiswa untuk mendapatkan pengetahuan baru tentang pemahaman GAS-GAS TERLARUT DALAM AIR LAUT.

    Akhir kata penulis mengharapkan kritik dan saran guna untuk memperbaiki makalah ini agar menjadi lebih baik. Mudah-mudahan dapat memberikan manfaat yang besar dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Sidrap, 06 April 2021

Penulis


DAFTAR ISI


BAB I 

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

        Siapa yang tidak mengenal air. Semua mahluk hidup di dunia ini membutuhkan apa yang disebut air, mulai dari mikroorganisme sampai dengan mahluk paling mulia yaitu manusia. Tidak akan ada kehidupan seandainya di bumi ini tidak ada air, karena air merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan (Susana, 2003). Pembahasan tentang air laut selalu menarik dan mengundang tantangan yang besar bagi peneliti, khususnya di Indonesia (Santoso, 2010).

        Dalam era modern sekarang telah banyak dikembangkan cara mengenai menciptakan energi alternatif untuk bisa mensubsitusi kegunaan minyak bumi dan fosil. Beberapa sumber energi yang sedang salah satu sumber energi yang sedang dikembangkan yaitu sumber energi yang keberadaannya melimpah di bumi ini yaitu air untuk bisa menghasilkan energi listrik setelah melewati suatu proses kimia (Prastuti, 2017).
    
      Air yang bersih sangat dibutuhkan oleh manusia untuk menjamin kelangsungan hidupnya. Hal ini dikarenakan manusia tidak hanya membutuhkan air untuk kebutuhan tubuh, tetapi berbagai kebutuhan lainnya. Akan tetapi adanya peningkatan pertumbuhan penduduk saat ini menyebabkan munculnya kepadatan penduduk yang berdapak pada besarnya daya konsumsi air bersih itu sendiri. Di Indonesia tidak semua daerah memiliki sumber daya air yang bersih. Hal ini menyebabkan kebutuhan akan air bersih akan semakin sulit seiring dengan bertumbuhnya populasi manusia di daerah tersebut (Harling, 2020).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah yang di maksud dengan air laut?
2. Apa saja macam-macam gas yang terkandung pada air laut?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan air laut.
2. Untuk mengetahui macam-macam gas yang terkandung pada air laut?

BAB II PEMBAHASAN

       Air merupakan suatu zat cair yang tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak memiliki rasa. Dalam ilmu kimia air terbentuk dari ikatan kovalen antara unsur Hidrogen (H) dan unsur Oksigen (O) dengan rumus kimia H2O (Harling, 2020). Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O, satu molekul air tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar, yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) dan temperatur 273,15 K (0°C) (Maron dan Landon, 1998).

        Ukuran satu molekul air sangat kecil, umumnya bergaris tengah sekitar 3 A (0,3 nm atau 3x10-8 cm). Wujud air dapat berupa cairan, gas (uap air) dan padatan (es). Air yang berwujud cairan merupakan elektrolit lemah, karena di dalamnya terkandung ion-ion dengan reaksi kesetimbangan sebagai berikut (Susana, 2003):

2H2O H3O+ OH-

        Air dengan rumus kimia H2O adalah suatu zat kimia berupa oksida hidrogen, yang merupakan produk dari reaksi antara unsur hidrogen dengan unsur oksigen (Susana, 2003):
2 H(gas) + O(gas) 2 H2O (larutan)

page6image11496

    Air yang dipergunakan untuk kebutuhan manusia sehari-hari di rumah bukan merupakan air murni, melainkan merupakan air yang berasal dari sumber- sumber tertentu yang kemudian diproses dengan penambahan zat-zat kimia, sehingga layak untuk digunakan. Air minum juga bukan merupakan air murni, melainkan selalu mengandung sedikit gas (misalnya oksigen dan karbon dioksida)

serta mineral-mineral tertentu yang dibutuhkan manusia. Secara normal air yang dapat dimanfaatkan untuk suatu kehidupan pada umumnya tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa (kecuali air laut). Air yang mempunyai rasa biasanya mengandung garam- garam terlarut. Dalam kondisi tersebut telah terjadi pelarutan ion-ion logam yang dapat merubah konsentrasi ion hidrogen (H+) yang terdapat

dalam air, selanjutnya pH air akan berubah pula. (Susana, 2003)

        Laut menurut sejarahnya terbentuk 4,4 miliar tahun yang lalu dimana awalnya bersifat sangat asam dngan air mendidih (dengan suhu sekitar 100 C) karena panasnya bumi pada saat itu. Asamnya air laut terjadi karena saat itu atmosfer bumi dipenuhi karbon dioksida. Keasaman air inilah yang menyebabkan tingginya pelapukan yang terjadi yang menghasilkan garam-garaman yang menyebabkan air laut menjadi asin seperti sekarang ini. Bumi mulai mendingin akibat mulai berkurangnya aktivitas vulkanik, disamping itu atmosfer bumi pada saat tertutup oleh debu-debu vulkanik yang mengakibatkan terhalangnya sinar matahari untuk masuk kebumi. Akibatnya, uap air diatmosfer mulai terkondenisasi dan terbentuklah hujan. Hujan inilah (yang mungkin berupa hujan tipe mamut juga) yang mengisi cekungan-cekungan di bumi hingga terbentuklah lautan. (Sulaeman dan Uloli, 2016).

        Laut merupakan wilayah yang paling luas di permukaan bumi, dengan luas mencapai 70% dari seluruh permukaan dunia, dan memiliki sifat korositas yang sangat agresif. Secara umum derajat keasaman air laut berkisar antara 8,2 sampai dengan 8,4 dimana mengandung air sebanyak 96,5%, sedangkan material terlarut dalam bentuk molekul dan ion sebanyak 3,5%. Material yang terlarut tersebut 89% terdiri dari garam chlor sedangkan sisanya 11% terdiri dari unsur-unsur lainnya (Kaseke dan Manoppo, 2015). Campuran antara air laut dan pasir laut akan meningkatkan kadar garam dalam proses elektrokimia. Keberadaan pasir laut dan air laut yang jumlahnya cukup banyak di Indonesia bisa sebagai alternatif untuk menghasilkan energi (Prastuti, 2017).

        Air laut merupakan campuran dari 96,5% air murni dan 3,5% material lainnya seperti garam-garam, gas-gas terlarut, bahan-bahan organik dan partikel- partikel tak terlarut (Prastuti, 2017). Air laut memiliki rasa yang asin dikarenakan kandungan garam yang melimpah di laut. Garam alami mengandung senyawa magnesium klorida, magnesium sulfat, magnesium bromida, dan senyawa runut lainnya. Garam adalah suatu kumpulan senyawa kimia dengan penyusun terbesar adalah natrium klorida (NaCl) dan pengotor yaitu klasium sulfat (CaSO4), magnesium sulfat (MgSO4), dan magnesium klorida (MgCl2). Kadar atau kepekatan air tua yang masuk ke dalam meja kristalisasi akan mempengaruhi mutu hasil. Kualitas garam tergantung pada kandungan NaCl garam, kandungan NaCl tergantung pada lokasi dimana air laut yang diambil, dan jenis dasar tambak/meja garam akan mempengaruhi kualitas garam yang dihasilkan (Arwiyah, 2015).

        Air laut memang berasa asin karena memiliki kadar garam rata-rata 3,5%. Kandungan garam di setiap laut berbeda kandungannya. Air laut memiliki kadar garam karena bumi dipenuhi dengan garam mineral yang terdapat di dalam batu- batuan dan tanah. Contohnya natrium, kalium, kalsium, dan lain-lain. Apabila air sungai mengalir ke lautan, air tersebut membawa garam. Ombak laut yang memukul pantai juga dapat menghasilkan garam yang terdapat pada batu-batuan. Lama-kelamaan air laut menjadi asin karena banyak mengandung garam (Prastuti, 2017).

        Air laut adalah air murni yang di dalamnya terlarut berbagai zat padat dan gas. Suatu contoh air laut sebesar 1000 g berisi kurang lebih 35 g senyawa-senyawa terlarut yang secara kolektif disebut garam. Dengan kata lain, 96,5% air laut berupa air murni dan 3,5% zat terlarut. Banyaknya zat yang terlarut disebut salinitas. Zat- zat terlarut meliputi garam-garam anorganik, senyawa-senyawa organik yang berasal dari organisme hidup, dan gas-gas terlarut. Fraksi terbesar dari bahan terlarut terdiri dari garam-garam anorganik yang berwujud ion-ion. Enam ion anorganik membentuk 99,28% berat dari bahan anorganik padat. Air laut adalah suatu zat pelarut yang bersifat sangat berdaya guna, yang mampu melarutkan zat- zat lain dalam jumlah yang lebih besar dari pada zat cair lainnya (Leonard, 2015) Konsentrasi oksigen minimum (< 3,5 mg/l) dijumpai pada kedalaman antara 350 - 400 meter. Lapisan oksigen minimum ini menunjukkan kondisi keseimbangan antara pemanfaatan oksigen (proses oksidasi biologi) dan adveksi kolom air dingin yang kaya akan oksigen (sumber oksigen laut dalam). Peningkatan konsentrasi oksigen di kedalaman lebih dari 600 meter disebabkan karena penenggelaman massa air yang kaya akan oksigen (oksigen mudah larut pada suhu yang dingin) (Triyulianti dkk, 2017).

Adapun Lapisan permukaan hingga kedalaman sekitar 50 meter dengan suhu berkisar antara 29 - 300C dan salinitas berkisar antara 34 - 34,5 psu merupakan lapisan homogen oksigen terlarut dengan konsentrasi sebesar 5-6 mg/L. Konsentrasi oksigen terlarut pada lapisan termoklin dengan suhu berkisar antara 29-10 0C dan salinitas berkisar antara 34,4 - 35,2 psu pada kedalaman sekitar 350 meter adalah berkisaranatar 3,8 – 6 mg/l, dan pada lapisan dingin (deep water) yaitu lapisan di bawah lapisan termoklin di kedalaman lebih dari 400 meter ditemukan karakteristik terjadinya peningkatan konsentrasi oksigen hingga kedalaman sekitar 600 meter. Konsentrasi pada lapisan tersebut berkisar antara 3 - 3,5 mg/l, setelah kedalaman 600 meter atau lapisan dengan karakteristik suhu < 5C dan salinitas berkisar antara 34,5 - 34,6 psu, konsentrasi oksigen terlihat kembali menurun hingga membentuk pro l konsentrasi oksigen yang stabil di nilai sekitar 2,7 - 3,2 mg/l hingga kedalaman maksimal pengukuran yaitu 1000 meter (Triyulianti dkk, 2017)

    Rata- rata air laut di lautan dunia mamiliki salinitas sebesar 3,5%, hal ini berarti untuk setiap satu liter air laut terdapat 35 gr garam yang terlarut didalamnya. Sumber-sumber garam yang ada dilaut berasal dari tiga hal yaitu gas-gas vulkanik, pelapukan batuan didarat, dan sirkulasi lubang- lubang hidrotermal pada air laut yang dalam (Yulianti, 2015).

    Zat Kimia yang terkandung di air laut ada yang merupakan unsur utama (mayor) , unsur tambahan (minor), dan unsur yang langka (trace). Kimia unsur utama adalah zat kimia yang melekat langsung dengan salinitas. Komposisi air laut yang konstan tetap dipertahankan karena kebanyakan unsur utama menunjukkan sifat konservatif, yaitu konsentrasi di air laut tidak mengalami perubahan yang berarti akibat reaksi biologi dan kimia di laut.Namun, secara umum di dalam air laut terdapat sejumlah unsur yang dominan (bagian mayoritas) dan unsur pelengkap(bagian minoritas). Salah satu unsur dominan komponen penyusun air laut adalah klorin. Senyawa Yang Terkadung Pada Air Laut (Sulaeman dan Uloli, 2016).

Senyawa yang terkandung dalam air laut sebagai berikut: 

Tabel 2 Senyawa yang terkandung dalam air laut

page11image8800

Manfaat yang dapat diperoleh dari pengolahan air laut antara lain adalah (Harling, 2020):

  1. Memberikan solusi terhadap krisis air bersih. Dengan adanya pengolahan air

    laut menjadi air tawar yang dapat dikonsumsi masyarakat dapat mengatasi

    adanya krisis air bersih.

  2. Pengolahan air laut menjadi air tawar yang layak konsumsi bisa mengurangi

    penggunaan air bawah tanah yang diyakini sebagai penyebab utama penurunan

    tanah di beberapa tempat di Indonesia.

  3. Dalam penggelolaan air laut yang mengandung garam menjadi air tawar ini

    bisa menghasilkan garam dapur yang juga dapat dikonsumsi.

  4. Pengelolaan air laut menjadi air tawar ini juga bisa menjadi sebuah kesempatan bisnis yang menguntungkan bagi perusahaan air minum nasional sehat bagi

    pelanggannya maupun internasional untuk mampu menyediakan air minum.

BAB III 

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

  1. Air laut adalah air yang berasal dari laut atau samudera yang memiliki kadar garam rata-rata 3,5%, artinya dalam 1 liter air laut terdapat 35 gram garam.

  2. Gas-gas terlarut yang terdapat dalam air laut yaitu :
    Oksigen, Permukaan air di lautan secara konsisten terdapat dalam keadaan lewat jenuh dengan oksigen, Karbon Dioksida, sama halnya dengan oksigen, semakin rendah temperatur semakin banyak CO2masukke dalam larutan. Serta Beberapa gas minor, Selain oksigen dan karbon dioksida, terdapat juga gas-gas lain dalam air laut tetapi dengan jumlah yang sangat sedikit. Sumber-sumber gas ini antara lain vulkanik, industri(pembakaran bahan bakar minyak dan peleburan logam), dan oksidasi senyawa-senyawa sulfur organik alam (termasuk dimetil sulfida).

3.2 Saran

Dari penyusunan makalah ini, diharapakan bermanfaat bagi semua pihak khususnya mahasiswa pendidikann. Kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan, agar lebih sempurnanya makalah ini untuk selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Arwiyah, A., Zainuri, M., & Efendy, M. (2015). Studi Kandungan Nacl Di Dalam Air Baku Dan Garam Yang Dihasilkan Serta Produktivitas Lahan Garam Menggunakan Media Meja Garam Yang Berbeda.Jurnal Kelautan”.Indonesian Journal Of Marine Science And Technology, 8(1): 1-9.

Harling ,V. N. V. 2020. Analisis Volume Air Tawar Yang Dihasilkan Dari Variasi Jarak Antara Lensa Pada Alat Penyulingan Air LautSoscied, 3(1).

Kaseke, H. O. M. S. G, Dan Manoppo E. R. M., 2015. Pengaruh Terendamnya Perkerasan Aspal Oleh Air Laut Yang Ditinjau Terhadap Karakteristik MarshallJurnal Sipil Statik, 3(8): 562-570.

Leonard, J. 2015. Distribusi Tingkat Karat Dan Laju Korosi Baja St 37 Dalam Lingkungan Air Laut Dan Air TanahJurnal Mekanikal, 6(1): 564-568.

Prastuti, O. P. (2017). Pengaruh Komposisi Air Laut Dan Pasir Laut Sebagai Sumber Energi ListrikJurnal Teknik Kimia Dan Lingkungan, 1(1), 35- 41.

Santoso D. .W. 2010. Bahan Organik Terlarut Dalam Air LautJRL, 6(2): 139- 143.

Susana, T. (2003). “Air Sebagai Sumber Kehidupan”. Jurnal Oseana, 28(3): 22.

Sulaeman, A., Dan Uloli H. 2016. Pemamfaatan Laut Di Provinsi Gorontalo Sebagai Pengganti Air AkiSeminar Nasional Teknologi Dan Rekayasa (Sentra), Hh: 15-19.

Triyulianti, I., Dkk. 2015. Profil Vertikal Kandungan Oksigen Terlarut Dan Fluoresen In Vivo Sebagai Indikator Keberlangsungan Kehidupan Di Perairan Laut Maluku Dan Laut SulawesiJurnal Kelautan Nasional, 12(2): 59-71.

Yulianti, A. 2015. Prototype Alat Pengolahan Air Laut Menjadi Air Minum (Pengaruh Variasi Packing Filter Terhadap Kualitas Air Dengan Analisa Do, Salinitas, Dan Konduktivitas) (Doctoral Dissertation, Politeknik Negeri Sriwijaya).