Laporan Praktikum
Kimia Dasar II
SENYAWA HALOGEN ORGANIK
NUR ULFIKA
H041201054
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kelarutan juga didefinisikan dalam besaran kuantitatif sebagai konsentrasi zat terlarut dalam larutan jenuh pada temperatur tertentu. Kelarutan suatu senyawa, tergantung pada sifat fisika kimia zat pelarut dan zat terlarut, temperatur, pH larutan, tekanan untuk jumlah lebih kecil tergantung pada hal terbaginya zat terlarut. Bila suatu pelarut sampai batas daya melarutkannya, larutan ini disebut larutan jenuh (Heaton,2006:180).
Daya kelarutan suatu zat berkhasiat memegang peranan penting dalam formulasi suatu sediaan farmasi. Lebih dari 50% senyawa kimia baru yang ditemukan saat ini bersifat hidrofobik. Kegunaan secara klinik dan obat-obatan hidrofobik menjadi tidak efisien dengan rendahnya daya kelarutan, dimana akan mengakibatkan kecilnya penetrasi obat tersebut. Kelarutam suatu zat berkhasiat yang kurang dari 1mg/mL mempunyai tingkat disolusi yang kecil karena kelarutan suatu obat dengan tingkat disolusi obat tersebut sangat berkaitan(Jufri,2004).
Adapun semua unsur yang berada dalam tabel berkala dapat membentuk halida, kecuali padaunsur He, Ne, dan Ar. Halida ionik atau kovalen adalah senyawa umum yangpenting karena paling mudah dibuat dan digunakan secara meluas bagi sintesis senyawaan lain. Halida seringkali dikenal sebagai senyawaan yang paling baikdan paling mungkin berada dalam tingkat oksidasi. Untuk mengetahui lebih rinci mengenai senyawa halogen organik, maka dilakukanlah praktikum ini.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana raktifitas senyawa-senyawa halogen organik?
2. Apakah fungsi senyawa halogen organik dalam hal sebagai pelarut?
1.3 Maksud dan Tujuan Percobaan
1.3.1 Maksud Percobaan
Maksud dari percobaan ini ialah untuk mengetahui reaktifitas beberapa senyawa halogen organikdan fungsinya sebagai pelarut.
1.3.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan percobaan ini adalah :
1. Untuk mengetahui reaktifitas beberapa senyawa halogen organik melalui reaksi dengan CCl4.
2. Untuk mengetahui reaktifitas beberapa senyawa halogen organik melalui reaksi dengan CHCl3.
3. Untuk mengetahui reaktifitas beberapa senyawa halogen organik melalui reaksi dengan AgNO3/alkohol.
4. Untuk mengetahui reaktifitas beberapa senyawa halogen organik melalui reaksi dengan NaI/aseton.
1.3.3 Prinsip Percobaan
Mengidentifikasi beberapa senyawa halogen organik dalam suatu sampel dengan menggunakan ujiCCl4, uji CHCl3, uji AgNO3/alkohol dan uji NaI/aseton.
1.3.4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dialam, terdapat banyak unsur ataupun senyawa kimia yang mempunyai fungsi tersendiri, diantaranya adalah senyawa halogen organik(Adriani dkk, 2017).Menurut Brzellius kata “halogen” berasal dari dua kata Yunani yang berarti “garam laut” dan “menghasilkan”, jadi halogen berarti : penghasil garam laut(Hadisuwoyo dkk, 1993). Turunan hidrokarbon dengan sebuah atom karbon ujung yang mempunyai ikatan rangkap ke oksigen dan sebuah gugus hidroksil disebut asam karboksilat yang diturunkan dari hidrokarbon alkana yang mempunyai rumus molekul umum RCO2H yang menyatakan bahwa terdapat gugus karboksil (Braddy, 1994).
Senyawa halogen organik merupakan senyawa yang terdiri dari ikatan karbon dan hidrogen yang mengandung unsur flourin (F), klorin (Cl), Bromin (Br), Iodin (I), dan Astatin (As), yang biasanya ditemukan dari hasil sumber daya laut seperti ganggang (rumput laut). Senyawa ini sangatberguna dalam kehidupan sehari-hari karena ia dapat berfungsi sebagai pelarut dalam pencucian tanpa air, pestisida, zat pendingin dan penghilang lemak(Adriani dkk, 2017).
Pada pembuatan senyawa halogen umumnya dilakukan dengan mengoksidasi ion halide dalam senyawa garam atau asam dengan menggunakan suatu oksidator kuat seperti KMnO4, batu kawi, K2Cr2O7, dan sebagainya. Cara ini tidak berlaku bagi pembuatan F2 dan Astatin, cukup banyak senyawa halogen yang bermanfaat bagi manusia dan umumnya dapat dibuat dengan reaksi kimia biasa ataupun reaksi redoks (Aini, 2018). Perlu di ingat pula bahwa halogen lebih elektronegatif dari pada karbon hal ini disebabkan oleh kerapatan electron yang dimiliki halogen lebih efektif daripada kaarbon (Firdaus, 2011).
Sifat dari senyawa organik diantaranya adalah sifat fisik : non polar, tarik-menarik antar molekul lemah, tidak larut dalam air, larut dalam senyawa organik (non polar) dan sedikit polar. Pada suhu kamar dan tekanan 1 atm : C1 – C4 = gas (tidak berbau) ,C5 – C17 = cair (berbau bensin),C18 – dst = padat (tidak berbau), Titik didih senyawa rantai lurus > titik didih senyawa rantai bercabang. Sifat kimia : kurang reaktif dibanding senyawa organik yang memiliki gugus fungsi. Tidak bereaksi dengan asam (stabil), dapat bereaksi dengan halogen Contoh : CH4: metana CH3: metil dan C2H6: etana C2H5: etil (Anonim, 2013).
Secara umum senyawa organik yang mempunyai gugus fungsi yang sama akan mempunyai sifat yang sama (Anonim, 2013). Gugus fungsi adalah kedudukan kereaktifan kimia dalam molekul satu kelompok senyawa dengan gugus fungsi tertentu menunjukan gejala reaksi yang sama. Sesuai kesamaan gejala reaksi tersebut, maka dapat di kelompokan pada pengelompokan senyawa. Beberapa Contoh gugus fungsi adalah alcohol (hidroksil), Eter (alkoksi alkana), Aldehid (alkanal), keton (karbonil), asam karboksilat (karboksil), ester (alkil alkanoat), amina (amin) (Fessenden, 1986).
Penggolongan alkohol menurut letak gugus hidroksil (-OH) adalah alkohol primer gugus –OH terletak pada atom C primer (atom C yang mengikat hanya 1 atom C lainnya), alkohol sekunder gugus –OH terletak pada atom C sekunder dan alkohol tersier gugus –OH terletak pada atom C tersier. Pengidentifikasian pada senyawa alkohol primer adalah menghasilkan aldehida yang dapat dioksidasi lebih lanjut menjadi asam karboksilat. Pengidentifikasian pada senyawa alkohol lain atau polialkohol dapat diidentifikasi dengan pembentukan senyawa kompleks atau dengan pembentukan lain (Hart, 2003).
Biasanya untuk kebanyakan unsur halogen digunakan HF, HCl dan HBr bisa juga digunakan untuk logam-logam (Cotton dkk, 1998). Fluorinasi langsung biasanya menghasilkan fluoride dalam keadaan oksidasi lebih tinggi. Kebanyakan logam dan non-logam seperti P4, reaksinya bisa meledak. Bagi pembentukan cepat dalam reaksi kering dari klorida, bromide dan iodide biasanya diperlukan suhu yang tinggi. Bagi logam, reaksi dengan Cl2dan Br2bisa lebih cepat bila sebagaai medium reaksi digunakan tetrahidrofuran atau beberapa eter lainnya ; halide kemudian diperoleh sebagai zat tersolvasi (Cotton dkk, 1998).
Pelarut logam, oksida atau karbonat dalam larutan asam halogen yang diikuti oleh penguapan atau pengkristalan memberikan halide terhidrat. Kadang-kadang zat ini dapat didehidrasi dengan pamanasan dalam vakum, namun ini sering menjurus kepada hasil tidak murni atau oksohalida. Banyak halida bereaksi baik dengan halogen unsur, asamnya, atau halida yang larut, atau halida lain yang berlebih sedemikian hingga satu halogen ditukar oleh yang lain. Klorida sering dapat diubah menjadi bromide dan apalagi menjadi iodide oleh KBr atau KI dalam aseton, di mana KCl kurang larut (Cotton dkk, 1998).
Kebanyakan unsur elektronegatif dan logam dalam tingkat oksida tinggi membentuk halida molekular. Zat ini adalah gas, cairan atau padatan mudah menguap dengan molekul-molekul yang hanya saling diikat oleh gaya vander waalsyang diperkirakan efek dari adanyakorelasi kasar yang ada di antarakeadaan menaiknya derajat kovalen logam ke halogen dan keadaan menaiknya kecenderungan pembentukan senyawaan molekular(Cotton dkk, 1998).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Bahan Percobaan
Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah NaI/aseton, AgNO3/alkohol, bensil klorida, kloroform, minyak, mentega, kloro benzene, aqua-
des, dankarbon tetraklorida (CCl4).
3.2 Alat Percobaan
Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini adalah tabung reaksi, rak
tabung dan pipet tetes.
3.3 Prosedur Percobaan
3.3.1Reaksi dengan CCl4dan CHCl3
Disiapkan tiga buah tabung reaksi dan masing-masing tabung reaksi diisi dengan 0,5 mL CCl4. Kemudian ditambahkan air pada tabung (1), minyak pada tabung (2) dan mentega yang sudah dicairkan pada tabung (3). Kemudian dikocok dan diperhatikan kelarutannya serta catat perubahan yang terjadi. Kemudian dikerjakan sesuai dengan prosedur 1-3, dengan menggunakan CHCl3.
3.3.2 Reaksi dengan AgNO3/alkohol dan NaI/aseton
Disiapkan empat buah tabung reaksi dan masing-masing diisi dengan 1 ml AgNO3/alkohol yang berkadar 2%. Kemudian ditambahkan 1-2 tetes kloro bennzen pada tabung (1), kloroform pada tabung (2), benzil klorida pada tabung (3) dan diklorometan pada tabung (4). Kemudian dikocok agak kuat dan diamati serta dicatat perubahan yang terjadi. Kemudian dikerjakan sesuai dengan prosedur 1-3, dengan menggunakan NaI/aseton.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
4.1.1 Tabel Pengamatan
A. Reaksi dengan CCl4dan CHCl3
Bahan | Kelarutan dalam | Keterangan | |
CCl4 | CHCl3 | ||
Air | 2 fase | 2 fase | Polar |
Minyak | 1 fase | 1 fase | Nonpolar |
Mentega | 1 fase | 1 fase | Nonpolar |
B. Reaksi dengan AgNO3/alkohol dan NaI/aseton
Bahan | Perubahan yang terjadi | Keterangan | |
AgNO3/Alkohol | NaI/Aseton | ||
Benzil klorida | Keruh, terbentuk endapan | Keruh, terbentuk endapan | Bereaksi |
kloro benzen | Bening | Bening | Tidak bereaksi |
kloroform | Bening | Bening | Tidak bereaksi |
diklorometan | Bening | Bening | Tidak bereaksi |
4.2 Pembahasan
Pada percobaan senyawa halogen organik ini, dilakukan dua tahapan kerja. Pertama, dilakukan percobaan untuk mengetahui kelarutan suatu senyawa organik. Pada percobaan I, direaksikan CCl4dan CHCl3dengan air, minyak dan mentega. Dari hasil percobaan yang dilakukan, terlihat bahwa CCl4dan CHCl3tidak larut dalam air. Hal ini disebabkan karena air bersifat polar, sedangkan minyak dan mentega cair bersifat semipolar, sehingga CCl4dan CHCl3tidak larut dalam air melainkan kedua senyawa tersebut tenggelam di dasar wadah, terbentuk 2 fasa dimana air di atas dan CCl4dan CHCl3berada di bawah. CCl4dan CHCl3memiliki berat molekul yang lebih besar daripada air (1 g/cm3) sehingga menyebabkan CHCl3(1,6 g/cm3) dan CCl4( > 1 g/cm3) tenggelam atau berada di dasar tabung reaksi.
Sedangkan, ketika CHCl3 dan CCl4 yang masing-masing direaksikan dengan minyak dan lemak terlihat bahwa kedua senyawa tersebut larut dalam minyak dan lemak yang disebabkan karena antara CHCl3 dan CCl4 dengan minyak dan lemak dapat membentuk ikatan yang disebabkan karena CHCl3 dan CCl4 bersifat nonpolar, begitupun pada minyak dan mentega bersifat nonpolar.
Percobaan2dilakukanuntukmengetahuikereaktifansenyawahalogen organik digunakan AgNO3 /alkoholdanNaI/aseton, di mana pada reaksi AgNO3 /alkoholdengan benzilklorida, kloroform, kloro benzene, dan diklorometan. Hanya benzil klorida yang bereaksi membentuk endapan dan warnanyasangatkeruh,sedangkantigasenyawalainnyatidakbereaksidantidak membentuk endapan. Senyawa yang dikatakan bereaksi apabila termasuk dalam salahsatucirilarutanyangdiantaranyaadalahterjadiperubahanwarna,terbentukendapan, berwarna keruh, dan ada aromanya bila dicium. Urutan senyawa yang cepat bereaksi yaitu benzil klorida > diklorometan > klroform > kloro benzen. Alkilhalida lebih cepat bereaksi sebab mempunyai kereaktifan dan keelektronegatifan yang rendah sehingga lebih mudah terlepas dan digantikan olehguguslain.Berdasarkantingkatkereaktifandankeelektronegatifansenyawa non logam yang seharusnya terlebih dahulu bereaksi adalah kloroformbukan benzil klorida yang berdasarkan teori disebabkan oleh kloro benzen yang merupakankategoriasilhalidayanglebihreaktifdanlebihstabil.
Reaksi antara NaI/aseton dengan benzil klorida, kloro benzena, dan kloroform tidak terjadi reaksi sebab I tidak dapat mendesak Cl karena Clmempunyaikereaktifan dan keelektronegatifan lebih besar dibanding I. Diklorometan tidak mengalami reaksi dan tetap berwarna bening.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa senyawa halogen organik (CCl4 dan CHCl3) tidak dapat larut dalam air, namun larut dalam senyawa organik seperti minyak dan mentega sehingga senyawa halogen organik (CCl4 dan CHCl3) termasuk senyawa nonpolar.
2. Senyawa halogen organik, seperti klorobenzena dan kloroform tidakbereaksidalamAgNO3 maupunNaI,sedangkanbenzilkloridadapatbereaksidengan AgNO3 dan NaI membentuk endapan putih dan keruh, begitupun pada diklorometanatidak dapatbereaksidenganNaIsehingga tetap bening, begitupula apabila direaksikan dengan AgNO3.
5.2 Saran
Untuk asisten telah cukup baik dalam memberikan pemahaman dan pengarahan kepada praktikan sehingga praktikum dapat berjalan dengan lancardan baik.
Untuk laboratorium agar lebih memperhatikan alat-alat laboratoriumyang mulai rusak dan cepat menggantinya dengan yang baru agar praktikum berjalan dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Adriani N., dkk. 2017. Mekanisme Reaksi Substitusi Nukleofilik Sn1 Dan Sn2 Dengan Senyawa Halogen Organik. Riau : Universitas Maritim Raja Ali Haji.
Aini N. 2014. Petunjuk Praktikum Kimia Anorganik II. Malang : UIN Maulana Malik.
Brady, James. 1994. Kimia Universitas-Asas Dan Struktur Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Cotton, dkk. 1998. Kimia Anorganik Dasar.Jakarta : Erlangga.
Fessenden, 1986 : Fessenden, Ralph J. 1986. Organic ChemistryEdisi Kedua. Usa:Willard Grant Press Publisher.
Firdaus, 2011. Alkil Halida. Makassar : Universitas Hasanuddin.
Hadisuwoyodkk.1993. Kimia DasarII. Makassar: Universitas Hasanuddin.
Hart, 2003 : Hart, Harold. 2003. Organik Chemistry – A Short Course. Jakarta: Erlangga
Heaton, 2006. The Jornal Of Physical Chemistry B. Juornal Of The America Chemichal Society. 110(23): 11025-11606.
Jufri M., dkk. 2004. Formulasi Gameksan Dalam Bentuk Mikroemulsi. Majalah Ilmu Kefarmasian.1(3):160-174.